Sabtu, Agustus 08, 2009

Flu Babi / Swine Influenza

Flu babi (Inggris:Swine influenza) adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi. Galur virus flu babi yang telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenzavirus C atau subtipe genus Influenzavirus A

Babi dapat menampung virus flu yang berasal dari manusia maupun burung, memungkinkan virus tersebut bertukar gen dan menciptakan galur pandemik.

Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia.[2] Gejala virus termasuk demam, disorientasi, kekakuan pada sendi, muntah-muntah, dan kehilangan kesadaran yang berakhir pada kematian Flu babi diketahui disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1 H1N2, H3N1, H3N2, and H2N3

Di Amerika Serikat, hanya subtipe H1N1 lazim ditemukan di populasi babi sebelum tahun 1998. Namun sejak akhir Agusuts 1998, subtipe H3N2 telah diisolasi juga dari babi.

Asal mula

Pada 5 Februari 1976, tentara di Fort Dix, Amerika Serikat menyatakan dirinya kelelahan dan lemah, kemudian meninggal dunia keesokannya. Dokter menyatakan kematiannya itu disebabkan oleh virus ini sebagaimana yang terjadi pada tahun 1918. Presiden kala itu, Gerald Ford, diminta untuk mengarahkan rakyatnya disuntik dengan vaksin, namun rencana itu dibatalkan.

Pada 20 Agustus 2007, virus ini menjangkiti seorang warga di pulau Luzon, Filipina.

Tanda dan gejala

Menurut Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, gejalan influensa ini mirip dengan influensa. Gejalanya seperti demam, batuk, sakit pada kerongkongan, sakit pada tubuh, kepala, panas dingin, dan lemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan buang air besar dan muntah-muntah.

Pergantian nama

Penamaan jenis penyakit ini dianggap salah oleh berbagai kalangan, karena telah membuat salah tafsir masyarakat - bahwa babi dapat menularkan penyakit ini kepada manusia. Untuk itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengganti nama penyakit ini dengan Influensa A (H1N1) mulai 30 April 2009 lalu

Baca selengkapnya......

Waspadai Kantong Kresek Hitam

Plastik, telah lama menggantikan peran daun pisang, daun jati, atau anyaman bambu sebagai pembungkus makanan. Lebih praktis dan efisien, memang, tapi, bahaya yang mengancam pun tak bisa dianggap ringan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, belum lama ini mengeluarkan surat peringatan publik berisi pemberitahuan akan bahaya kantong plastik kresek, terutama kresek hitam, sebagai pembungkus makanan.

Dijelaskan, kantong kresek berwarna, terutama hitam, kebanyakan merupakan produk daur ulang. Sayangnya, dalam proses daur ulang tersebut, riwayat penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan atau manusia, limbah logam berat, dan lain sebagainya. Dalam proses tersebut juga ditambahkan berbagai bahan kimia yang menambah dampak bahaya kantong plastik tersebut untuk kesehatan.

BPOM RI memperingatkan, "jangan menggunakan kantong plastik kresek daur ulang untuk mewadahi langsung makanan siap santap!"

Kantong kresek hitam masih boleh digunakan, hanya sebagai wadah untuk membawa makanan yang telah terbungkus rapi.
(BPOM/dila)

Baca selengkapnya......

Sabtu, Juni 13, 2009

PENTAS DRAMA MUSIKAL

Pramuka sedang prepare pementasan Drama Musikal "Pangeran Rama & Pengawal Riri"..
Kolaborasi dengan PBB dance, Tandu,& Lompat Api.. akan jadi seperti apa???
Saksikan di Demonstrasi MOS tahun ini....

Baca selengkapnya......

Selasa, Mei 12, 2009

Kisah Nyata : Eksperimen "Cloning" Gen Lupus (Jepang)


"Sebuah ketidakberdayaan menggali kebesaran-NYA"

Satu tahun berselang, sejak kedatanganku di Laboratorium Clinical Pathology and Immunology Kobe University, yang amat kubanggakan ini. Tak ada ungkapan yang bisa mewakili kebahagiaanku, selain kesyukuran yang begitu dalam atas kesempatan menggeluti dunia Biologi Molekuler. Aku terlahir tidak dengan otak super jenius, seperti kebanyakan teman-teman yang tengah menempuh studi disini. Tapi, pesan-pesan kasih dan penuh kehangatan dari “baginda”, almarhum Abah dan keluarga tercinta, tak pernah henti menggelorakan semangatku untuk terus belajar dan berkarya.

Kuakui, tidak ada yang mudah saat mempelajari molekul-molekul sel hidup. Tapi nyatanya, tidak terlalu rumit juga, kala kita “mau” tekun dan tanpa letih meng-eksplorasinya. Dalam suasana yang masih serba kebingungan itu, aku mencoba men-design eksperimen cloning gen yang diduga menjadi penyebab penyakit Lupus pada manusia.

Lupus, (nama ilmiahnya : Systemic Lupus Erythematosus/SLE) adalah suatu penyakit sistem imunitas/kekebalan, dimana jaringan tubuh kita dianggap benda asing. Antibodi, yang semestinya melawan virus/bakteri dari luar, malah menghancurkan sel tubuh kita sendiri. Gawatnya, penyakit ini sangat mematikan --setara dengan kanker-- karena semua organ tubuh dapat terkena. Sampai saat ini, belum ada satu obat pun yang mampu menyembuhkannya, meski riset terus dikembangkan. Orang dengan penyakit Lupus (ODAPUS) seringkali nampak sehat. Namun berbagai pemicu, seperti stress, sinar matahari, obat-obatan, infeksi, KB hormonal dll, dapat menyebabkan kekambuhan dan mungkin berakibat fatal bagi si penderita. Dan, terapi gen agaknya kini tengah diincar oleh para ilmuwan sebagai alternatif pengobatan bagi penderita Lupus.

Berbekal keilmuan biomolekuler yang serba pas-pasan, aku tertantang untuk menyelami lebih jauh tentang gen penyebab Lupus ini. Di bawah bimbingan Seiji Kawano sensei, --seorang guru dan “bapak” yang baik--, aku mencoba menggabungkan 2 gen untuk ditanamkan pada sel HSG (sel kelenjar air liur manusia) yang beberapa bulan lalu telah berhasil kubiakkan dalam cawan biakan. Itulah pekerjaan “cloning”. Dunia riset menyebutnya Rekayasa Genetika (DNA recombinant). Sebuah karya besar bagiku. Bukan saja karena ini pengalaman pertamaku, tapi lebih karena “kenekatan”-ku untuk memodifikasi gen, sebuah ciptaan-NYA yang masih diselimuti misteri hingga kini.

Gen itu disebut Ro-52, sebuah protein (antigen) yang ditemukan pada pasien Lupus, dan “dituduh” menjadi penyebab munculnya penyakit Lupus pada manusia. Gen Ro-52 ini


akan kusambungkan dengan gen lain sebagai pembawanya, (sebut saja gen EGFP-N1), agar bisa ditanamkan pada sel HSG, hasil biakanku. Harapan kami, gen baru hasil cloning inilah yang nantinya akan menjadi dasar pengobatan penyakit Lupus. Sebuah riset panjang dan berkesinambungan, untuk sampai pada tahap itu. Dan tidak ada seorang pun yang tahu, apakah pekerjaan “coba-coba” ini akan berhasil ataukah terpaksa kandas di tengah jalan.

Dengan menggunakan sebuah mesin cloning ber-merk AMAXA, serangkaian proses cloning yang menegangkan itu berhasil kulalui dengan baik. Tidak terlalu susah sebenarnya, hanya perlu sedikit ketelitian saja. Namun, ternyata pekerjaan besar belum selesai. Sel yang sudah terisi gen Ro-52 dan EGFP-N1 itu, harus dibiakkan kembali dalam ratusan cawan kecil. Esok harinya, antibiotik dosis tinggi harus diberikan, sebagai seleksi, agar sel yang berhasil dikloning saja yang bertahan hidup. Dan seluruh prosedur cloning itu harus dilakukan di ruangan steril, dengan tetap memperhatikan suhu, kelembaban, pH (keasaman), serta kadar oksigen dan CO2 yang sesuai untuk kehidupan sebuah sel. Ya, semuanya tetap dalam konsep “meniru” lingkungan/suasana, layaknya dalam tubuh manusia yang asli. Tak lupa, pertumbuhannya juga harus dimonitor setiap hari di bawah lensa mikroskop selama 2-3 minggu pasca cloning. Sungguh, suatu kerja spekulatif. Ilmuwan mana yang berani menjamin, sel cloning itu mampu bertahan hidup? Bukankah hidup matinya sebuah sel, sudah ada yang mengatur? Terlebih lagi, ini sel baru, hasil rekayasa manusia. Allahu akbar.

Demikianlah, sekilas eksperimen itu nampak rumit dan canggih. Namun sesungguhnya, konsep awalnya sederhana saja. Jika dicermati, bukankah pekerjaan cloning itu hanya “meng-ekor” konsep Tuhan saat menciptakan manusia? Lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan sel itu, bukankah identik dengan bumi, sebagai tempat ideal yang dipilihkan Allah untuk manusia? Bukan Merkurius yang sangat panas ataupun Pluto yang teramat dingin. Dan, seleksi antibiotik itu boleh jadi merupakan analog dihadirkannya ujian dalam setiap episode kehidupan manusia. Hanya manusia “tangguh” saja yang berhasil lolos dalam setiap ujian kehidupannya. Wallahu a’lam bisshowab.

Ah,… analog diatas rasanya kok gak nyambung dan terlalu dipaksakan ya... Tapi biarlah, entah benar atau tidak, aku sendiri enggan mempersoalkannya. Yang pasti, mencoba mengkorelasikan kegiatan ilmiah di laboratorium dengan “olah spiritual” menguak tanda kebesaran-NYA, seringkali menjadi penghibur di kala kebosanan riset mulai menggejala. Ya, hanya sekedar rihlah bathiniyah. Agar logika ilmiah yang kini tengah diasah, tetap membawa kita mendekat dan memusat menuju padaNYA.

Dan, waktu terus berputar. Di tengah rutinitasku memantau pertumbuhan sel cloning yang entah berhasil atau gagal itu, aku asyik berangan-angan. Suatu hari nanti seorang penderita Lupus yang datang ke tempat praktekku --di sebuah gang kecil di Ciputat-- tidak lagi pulang dengan membawa obat-obatan pereda gejala. Akan tetapi, ia membawa secarik surat rujukan ke laboratorium baru “Islamic Gene Research Center” untuk menjalani serangkaian terapi gen. Dan, di laboratorium itu, bekerja seorang “Aisyah”, yang menghabiskan sisa umurnya untuk kesembuhan penderita Lupus dan penyakit mematikan lain. Ah,… kedengarannya terlalu muluk. Tapi itulah mimpi. Dan apa sih susahnya bermimpi? Bukankah kenyataan hidup ini seringkali berawal dari sebuah mimpi?

Dan sungguh, adakah hal yang lebih membahagiakan di dunia ini selain kebermaknaan hidup kita bagi sesama? Sebuah cita-cita amat mulia, “ilmin yuntafa’u bihi”. Ilmu yang bermanfaat bagi sesama, terlebih bagi para penderita.

Bismillaahittawakkaltu ‘alallaah, Laa haula wa laa quwwata illaa billaah…
Kobe, 10 Februari 2009

Kisah ini merupakan pengalaman asli yang ditulis oleh, dr. Siti Nur Aisyah J. yang kini sedang menuntut ilmu di Negeri Sakura (Jepang).

tag: pengalaman, pengetahuan, kedokteran, jepang, beasiswa, sel, kloning, lupus, & gen.



Baca selengkapnya......

Pengikut